Oppenheimer telah menjadi sorotan utama, bahkan mencapai tren populer di Twitter dan masuk dalam daftar teratas Google Trends. Ini tak mengherankan karena film Oppenheimer baru saja dirilis di bioskop-bioskop seluruh dunia. Tetapi siapakah sebenarnya sosok Oppenheimer?
Julius Robert Oppenheimer, yang dikenal juga dengan nama lengkap J. Robert Oppenheimer, adalah seorang ilmuwan ahli fisika berasal dari Amerika Serikat (AS). Ia dijuluki sebagai 'bapak bom atom' karena perannya yang sangat signifikan dalam pengembangan bom atom.
Julukan ini diberikan kepadanya ketika AS sedang melaksanakan Proyek Manhattan, sebuah penelitian pada masa Perang Dunia II untuk mengembangkan senjata nuklir. Oppenheimer mengepalai Laboratorium Los Alamos dan bertanggung jawab atas penelitian dan perancangan bom atom.
Salah satu faktor yang mendorong keputusan AS untuk mengembangkan bom atom adalah surat dari fisikawan Albert Einstein kepada Presiden AS Franklin Roosevelt. Surat itu memperingatkan tentang potensi bencana kemanusiaan jika Nazi Jerman berhasil mengembangkan dan memproduksi bom atom.
Perjalanan awal kehidupan Oppenheimer
Berdasarkan situs History, J. Robert Oppenheimer lahir pada tanggal 22 April 1904 di Kota New York, Amerika Serikat, dan berasal dari keluarga imigran Yahudi Jerman. Pada tahun 1922, dia melanjutkan pendidikan tinggi di Universitas Harvard, fokus pada bidang kimia.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Oppenheimer pergi ke Cambridge, Inggris, untuk memulai studi pascasarjana di bidang fisika. Dia bergabung dengan Laboratorium Cavendish yang dipimpin oleh J.J. Thomson, seorang pemenang Hadiah Nobel yang terkenal karena penemuan elektron. Di bawah bimbingan Thomson, Oppenheimer memulai penelitian atomnya.
Setahun kemudian, Oppenheimer melanjutkan studi di Universitas Göttingen, Jerman, yang merupakan salah satu pusat terkemuka di dunia untuk fisika teoritis. Selama berada di Jerman, ia menerbitkan sejumlah makalah yang memberikan kontribusi pada teori kuantum yang sedang berkembang. Salah satu karya pentingnya adalah pendekatan Born-Oppenheimer.
Pada tahun 1927, Oppenheimer berhasil meraih gelar doktor dan menjadi profesor di University of California, Berkeley, serta California Institute of Technology. Selama 13 tahun berikutnya, ia aktif berpindah antara kedua perguruan tinggi tersebut, dan melakukan penelitian penting dalam berbagai bidang ilmiah, termasuk fisika nuklir, teori medan kuantum, dan astrofisika.
Pada dekade 1930-an, Oppenheimer mulai tertarik pada hal-hal politik dan menyadari potensi bahaya dari Nazi Jerman yang dipimpin oleh Hitler, terutama mengenai pengembangan senjata nuklir pertama di dunia. Pada saat yang sama, perang merebak di seluruh Eropa pada bulan September 1939. Dengan semangat tinggi, Oppenheimer bergabung dengan upaya awal negaranya untuk mengembangkan senjata nuklir.
Oppenheimer serta Proyek Manhattan di Amerika Serikat
Selama masa Perang Dunia II, J Robert Oppenheimer memimpin sebuah tim ilmuwan yang bertugas menciptakan senjata yang akan mengubah arah perang. Proyek tersebut dikenal sebagai Manhattan Engineering District, atau lebih dikenal sebagai Proyek Manhattan.
Pada kuartal ketiga tahun 1942, ketika Proyek Manhattan diluncurkan, penelitian Oppenheimer tentang bom atom telah mencapai tingkat yang sangat mendalam. Jenderal Leslie Groves, direktur Proyek Manhattan, mengakui keahlian Oppenheimer dalam bidang ini.
Ahli sejarah, Alex Wellerstein, juga menegaskan peran penting Oppenheimer dalam setiap tahapan pengembangan bom atom. Oppenheimer sendiri yang memutuskan cara penggunaan bom atom, ia menyatakan agar bom atom tidak dijatuhkan di kota-kota besar. Selain itu, ia juga menjadi anggota komite yang menentukan lokasi pengeboman dengan bom atom.
Kurang dari tiga tahun setelah Groves menunjuk Oppenheimer sebagai direktur pengembangan senjata, Amerika Serikat melepaskan dua bom atom di Jepang. Pada tanggal 6 Agustus 1945, bom atom dijatuhkan di kota Hiroshima, dan pada tanggal 9 Agustus 1945, kota Nagasaki menjadi sasaran selanjutnya.
Dampak kedua pengeboman itu sangat mengerikan, dengan jumlah korban meninggal di kedua kota tersebut mencapai antara 129.000 hingga 226.000 orang. Akibat tingginya korban, Oppenheimer merasa sangat menyesal. Dua bulan setelah bom atom dijatuhkan di Jepang, Oppenheimer mengundurkan diri dari jabatannya sebagai direktur Laboratorium Los Alamos.
Antara tahun 1947 hingga 1952, Oppenheimer menjabat sebagai penasihat Komisi Energi Atom Amerika Serikat. Peran ini digunakan untuk mendorong perlunya pengendalian internasional guna mencegah penyebaran senjata nuklir dan mendesak untuk menghentikan perlombaan senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet.
Apakah Oppenheimer menyesali ledakan bom atom?
Sebelum ledakan bom atom menghancurkan Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945, yang menyebabkan kematian puluhan ribu orang, Oppenheimer pernah mengeluarkan pernyataan yang kemudian banyak diartikan sebagai penyesalan. Namun, masih belum jelas apakah dia benar-benar menyesal atau tidak.
Pada 16 Juli 1945, tim Oppenheimer berhasil melakukan uji coba ledakan bom atom di Alamogordo, New Mexico. Pagi itu, dari kejauhan, dia menyaksikan efek ledakan berupa awan jamur yang menjulang tinggi ke langit.
Oppenheimer mengatakan, "Saya teringat dengan kalimat di kitab Hindu, Bhagavad-Gita ... 'Sekarang saya menjadi Kematian, penghancur dunia'."
Pada bulan Oktober 1945, Oppenheimer berkunjung ke Presiden AS Harry S. Truman dan menyatakan bahwa tangannya kini telah terkena darah karena bom nuklir di Jepang.
Namun, sang presiden menolak pernyataan Oppenheimer. Truman menyatakan bahwa tanggung jawab darah itu ada pada dirinya, dan dia yang harus bertanggung jawab.
Saat-saat Terakhir dalam Hidup Oppenheimer
Pada tahun 1963, Presiden AS John F. Kennedy memberikan J. Robert Oppenheimer Penghargaan Enrico Fermi, meskipun pemberian penghargaan itu terjadi setelah pembunuhan JFK oleh Presiden Lyndon B. Johnson. Penghargaan tersebut bukan hanya sebagai isyarat permintaan maaf, tetapi juga sebagai salah satu tanda rehabilitasi politik bagi ilmuwan terkemuka.
Di tahun-tahun terakhirnya, Oppenheimer terus mendorong untuk pengendalian internasional senjata nuklir dan energi atom. Pada tanggal 18 Februari 1967, Oppenheimer meninggal karena kanker tenggorokan di Princeton, New Jersey, hanya setahun setelah pensiun.
Diketahui bahwa Oppenheimer memiliki pasangan bernama Katherine 'Kitty' Puening, seorang mahasiswa Berkeley yang militan dan mantan anggota Partai Komunis, yang dinikahinya pada tahun 1940. Pasangan ini dikaruniai dua anak, Peter, lahir pada tahun 1941, dan Katherine, lahir tiga tahun kemudian.